Expedisi Syahripal Fahmi Menyusuri Trans Kaltim Bagian Utara. Menantang Bahaya Membelah Belantara Kaltim Utara!!!

Kali ini saya akan menuliskan kisah perjalanan rekan kerja yang paling junior menyusuri belantara Kalimantan Timur Bagian Utara, yaitu dari Kota Bontang menuju Labuan Cermin – Berau. Dalam perjalanan itu Bro Syahripal Fahmi menggunakan sepeda motor merk Yamaha Vixion lansiran tahun 2010 seorang diri. Berbeda dengan rute perjalanan di daerah Jawa, yang sudah tersedia infrastruktur jalan yang cukup memadai. Di Kalimantan Timur ini infrastruktur jalan Trans Kaltim sungguh-sungguh menyedihkan. Hanya Daerah Kaltim bagian selatan saja  yang kondisi Trans Kaltimnya diaspal seperti antara Tanah Grogot-Panajam-Balikpapan-Samarinda-Kutai Barat-Kutai Kartanegara-Bontang-Kutai Timur, sedangkan Trans Kaltim bagian utara seperti antara Kutai Timur-Berau-Bulungan-Nunukan-Tana tidung-Tarakan kondisinya benar-benar menyedihkan bahkan di beberapa Jalan Trans Kaltim ada yang belum sama sekali tersentuh aspal..

Bro satu ini termasuk cukup berani berpetualang seorang diri dari Bontang menembus Berau, mengingat selain kondisi jalan yang jauh dari kata layak juga resiko perampokan di jalan selalu mengintai. Sudah banyak berita terjadi perampokan di kawasan hutan itu dan jujur saya sendiri tidak mempunyai keberanian untuk berpetualang seperti itu… Rute yang dilewati olehnya adalah Bontang-sangatta-muara wahau- tanjung redeb-talisayan-batu putih-biduk2.

Berikut kisah perjalanan yang diceritakan oleh Bro Syahripal Fahmi Berangkat dari Kota Bontang ke Biduk-Biduk Berau :

Saya berangkat dari bontang hari sabtu tgl 23 juli pada jam skitar setengah 5 sore, dan sampai di sangatta skitar pukul 06.15. pada waktu itu, hari udah mendung, dan di perjalanan dari sangatta menuju muara wahau, saya kehujanan dan memutuskan untuk berteduh di sebuah warung. Setelah saya menunggu hujan reda skitar 15 menit, saya melanjutkan perjalanan lagi. Sekitar 40 km dari sangatta menuju wahau, jalanannya aspal mulus, tetapi setelah melewati simpang tiga bengalon, jalannya sangat licin dan berlubang. Beberapa ruas jalan, merupakan jalan yang berupa tanah berbatu yang dimana kalo lagi ujan sangat licin dan bila hari panas debunya minta ampun. Pada waktu itu hari udah malam, jalanannya sangat sepi dan jarang sekali berpapasan dengan pengendara lain. Setelah melewati sangatta ini, jarang sekali saya menemui rumah warga, yang di temui hanyalah hutan dan hutan. Sekitar 50 km dari sangatta, jalanannya udah mulai rusak parah, dan sangattt licin! tak ayal di jalanan ini saya hitung-hitung udah 5 kali jatuh dari motor, alhasil saya sedikit terluka dan motor lecet !. tanah yang keras berubah seketika menjadi lumpur yang licin karena hujan tadi. Banyak trak dan mobil yang terjebak di daerah ini, dan beberapa dari mereka memutuskan untuk bermalam di jalan hingga menunggu pagi dan jalanan mulai kering. Karena saya hanya mendapat libur 4 hari, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan takutnya gak sempat waktunya untuk mencapai biduk2 hingga pulang ke bontang nanti.

Di pertengahan perjalanan, saya bertemu Bapak Syamsul yang merupakan warga desa muara wahau yang menggunakan motor gedek sama seperti saya dari Balikpapan ingin menuju muara wahau. Karena satu arah, akhirnya saya bersama2 bapak syamsul menaiki motor menuju muara wahau. Di perjalanan, beberapa kali motor kami terjebak lumpur. Jika motor saya yang terjebak, maka pak syamsul ikut membantu mendorongnya bgitu juga sebaliknya. Diperjalanan kami sekitar 2 kali  istirahat di beberapa warung yang jarang sekali ditemukan dan yang buka 24 jam untuk melemaskan tangan dan mengistirahatkan pinggang sembari minum kopi. Dengan baju yang berlumur lumayan banyak lumpur, terkadang beberapa orang di warung menanyakan kenapa berlumpur,  karena di daerah sini  jalanannya kering dan tidak hujan, hehehe. Dan terkadang bila ada orang yang menanyai pak syamsul, “dengan  anaknya pak ?”, pak syamsul menjawab “iya”. Dari perawakan memang sama2 tinggi kurus, cuman muka gak serupa banget dengan saya..hahaha :D.Benar2 jarang sekali bertemu dengan rumah warga di daerah sini dan jarang bahkan tidak pernah berpapasan dengan orang lain. Yang di jalan hanyalah motor kami berdua dengan hutan-hutan yang benar-benar gelap di kiri kanan jalan. Dan finally, setelah perjalanan yang benar-benar melelahkan, akhirnya kami sampai juga di desa muara wahau pada pukul setengah 4 dini hari. Sesampainya di muara wahau, saya bermalam di sini, dan tentu saja bermalam di rumah pak syamsul. ujar pak syamsul, jalanan menuju berau dari muara wahau sangat rawan untuk di tempuh malam, karena jalur yang dilewati semuanya hutan dan jalanannya lebih parah rusaknya dari sebelumnya ( waduh ).

Menurut Fahmi dia menginap di rumah Bp Syamsul di Muara Wahau dan baru keesokannya harinya dianya melanjutkan perjalanan ke Tanjung Redep. Dan berikut cerita lanjutannya :

Perjalanan dari muara wahau menuju tanjung redeb kali ini saya tempuh dengan seorang diri. Berhubung pada pagi itu cuaca sangat panas , akhirnya jalanan pun gak basah dan gak licin. Benar kata pak syamsul, jika hari panas, jalanan akan sangat berdebu, dan  selama di perjalanan hanya akan di temani kicauan burung-burung hutan,  jarang banget ketemu rumah, dan jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya bisa mencapai 50 km, berlubang, sepi, panas, tikungan tajam, gunung yang tinggi dan debu minta ampun ( loe bayangin tuh gmana kondisinya ).  Hutan- hutan yang dilalui masih sangatlah asri dengan pohon-pohon tropis besar khas kalimantan. pernah kejadian waktu saya lewat, saya mendapati dua ekor babi liar menyebrang jalan ( yah berharap gak singa yang nyebrang ) hahaha. O ya, sebelumnya ini merupakan perjalanan pertama saya menelusuri jalan menuju utara kalimantan dengan seorang diri,  oleh karena itu , ketika saya berpapasan dengan orang lain, kesempatan langka ini gak akan saya buang begitu saja untuk bertanya arah jalan untuk pergi ke berau. Perjalanan ini begitu panjang sehingga saya merasa saya selalu berjalan di jalan yang sama dan tak berujung. Perjalanan ini sangat melelahkan ( benar benar benar melelahkan kaleee ). Dan Setelah 6 jam perjalanan, akhirnya tepat pukul setengah 4 sore saya sampai di kota tanjung redeb, dan setelah itu saya beristirahat di masjid agung tanjung redeb.

Setelah beristirahat selama satu jam penuh, tepat jam setengah 5 sore saya bergegas menuju desa talisayan, dan untungnya medan kali ini sangatlah mulus, karena jalan menuju desa talisayan sudah beraspal mulus, dan tanpa berpikir panjang, saya langsung tancap gas motor dengan kecepatan rata-rata 70 km/ jam dan akhirnya sampai di desa talisayan pada pukul setengah 9 malam ( lumayan gempor juga nih pantat dari pagi sampai malam naek motor ). Menurut keterangan warga di desa talisayan, jalan dari talisayan menuju di desa biduk2 jalannya belum di aspal, berbatu dan bertanah ( Again ???? ). Dan akhirnya saya memutuskan untuk menginap semalam di talisayan dan melanjutkan di pagi harinya sekalian juga memulihkan stamina setelah kurang tidur,hehe. No doubt ! akhirnya saya mencari sebuah masjid di talisayan untuk bisa ditiduri dan kebetulan saya udah membawa selimut dari rumah ( Maklum ala backpacker jadi harus ngirit ) ..hehehehe.

Tidur saya kali ini sangat nyenyak, karena di dalam masjid hangat di tambah gak ada nyamuk ( ya iya lah, kan pake selimut ), dan akhirnya saya terbangun oleh suara ngaji yang diputar oleh penjaga masjid pada jam sekitar setengah 5 pagi.

Setelah solat subuh, sekitar jam setengah 6, saya melanjutkan perjalan menuju desa biduk-biduk, dan kebetulan lagi hari itu sangat cerah dan finally saya sampai di desa biduk2 pada hari senin tgl 25 juli pukul 8 pagi setelah perjalanan yang panjang dari Bontang 😀

Benar-benar berubah pemandangannya ! sebelum sampai di desa biduk-biduk, pemandangan kiri kanan jalan hanyalah hutan-hutan yang mencekam, dan setelah sampai di biduk-biduk, pemandangan berubah 180 derajat menjadi laut biru dengan barisan-barisan pohon kelapa sepanjang pantai dan menjulang tinggi. O ya, biduk-biduk merupakan daerah pemasok kelapa muda terbesar di kaltim, tak ayal banyak sekali pohon kelapa yang menjulang tinggi, dan yang membuat lebih indah lagi, di pekarangan rumah warga dan daerah sekitar pohon kelapa, tumbuh rumput hijau yang biasa di daerah perkotaan di jual dan di jadikan untuk taman rumah atau taman kota, dan ketika saya bertanya dengan salah satu warga disini, ternyata rumput itu tumbuh liar disini, dan tidak ditaman dengan sengaja, wow …

Sesampainya di desa biduk-biduk, saya langsung menuju objek wisata danau labuan cermin. Untuk menuju danau labuan cermin, saya harus menyewa sebuah kapal untuk memasuki danau labuan cermin. Dari muara laut, dengan menggunakan kapal saya menelusuri teluk dengan air yang biru selama 10 menit. Ujar pengemudi kapal yang merupakan juga nelayan, air di teluk ini masih asin, tetapi ketika memasuki danau, air berubah seketika menjadi tawar dan hanya pada dasar danau saja yang berupa air asin. Air tawar ini di dapat dari kumpulan-kumpulan mata air di sekitar danau, dan air tersebut keluar dari bebatuan yang berada di sekitar pinggir danau. Warga disini menggunakan air danau untuk kebutuhan sehari-hari, hanya dengan menghubungkan pipa, warga sudah bisa menggunakannya tanpa di beri obat-obatan. Dan pernah, di adakan penelitian oleh dinas kesehatan setempat, bahwa kualitas air di danau ini bisa langsung diminum, great !

Setibanya di danau labuan cermin, airnya benar-benar jernih dan sudah tak sabar saya ingin menceburkan diri di danau ini. Dan ketika saya mandi, airnya benar-benar sejuk dan rasa lelah selama perjalanan panjang seketika hilang terobati oleh danau ini. BENAR-BENAR GAK NYESAL SAYA KE DANAU INI !.  Di beberapa titik, danau ini memiliki kedalaman sampai 14 meter, dan biasanya di kedalaman ini menjadi sarang ikan-ikan. Dan ketika saya berkeliling danau dengan menggunakan kapal, ikan- ikan yang sebenarnya berada jauh dari dasar, terlihat berenang dangkal karena saking jernihnya danau itu.

Tak jauh dari danau ini, sekitar 500 meter memasuki hutan, terdapat danau serupa yang sama jernihnya, Cuma danau ini lebih kecil dan agak kotor karena daun-daun kering yang ada di permukaan danau. Dan danau ini tidak diolah untuk umum. Setelah 2 jam lebih di danau dan puas mandi serta bersnorkling ria, akhirnya saya kembali ke dermaga.

Setelah itu, saya mengobrol dengan salah satu warga disana, dan akhirnya saya dipersilakan untuk masuk kerumah salah satu warga disana. Bapak Udin namanya, yup beliau sempat kaget mendengar perjalanan panjang saya dari bontang menuju sini dengan menempuh ratusan kilometer, menggunakan motor, sendiri dan hanya untuk melihat danau labuan cermin. Entah apa yang ada pikiran beliau, entah menganggap saya luar biasa nekad, atau gila,hahaha.

Sebelumnya bapak udin tinggal di desa biduk-biduk, beliau tinggal di kota Samarinda, beliau telah 10 tahun bekerja disana, dan setelah menikah, beliau memutuskan untuk pindah kesini. Mungkin karena saya orang samarinda, dan beliau pernah tinggal di samarinda, saya langsung jadi akrab dengan bapak udin ini, sembari meneguk teh hangat bikinan adik ipar pak udin, saya pun menikmati obrolan dengan pak udin ini sekaligus bercerita tentang pengalaman saya bisa sampai di desa ini dan pengalaman pak udin waktu bekerja di Samarinda. Pada saat bercakap-cakap, dalam hati saya terus berdoa, “ya allah semoga bapak ini menawarkan rumahnya untuk saya menginap”, dan tak lama setelah itu, tuhan menjawab doa saya, pak udin menawarkan akomodasi untuk menginap di rumahnya dan tanpa berpikir panjang, saya pun menerimanya :-D, kalo gak ya kepaksa deh nginap di musola setempat.hihihihi.

Karena saya hanya mendapatkan libur selama 4 hari, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke bontang pada selasa paginya. Untuk rute pulang, saya tidak melewati jalur provinsi yang umum seperti saya waktu datang kemari, melainkan melalu jalur bekas perusahaan logging. Awalnya, saya gak tau bahwa ada jalur alternative menuju biduk-biduk, lalu setelah mendengar cerita dari bapak udin, akhirnya saya memutuskan untuk melewati jalur ini pada saat pulang, dan jalur kali ini benar-benar sepi dan hutan melulu yang dilalui dengan rute : biduk-biduk – bengalon – sangatta – bontang. Harapan saya bisa nyampai ke bontang hanya dengan 1 hari ( kalo terpaksa bermalam, ya terpaksa juda deh izin kerja ). Dengar-dengar cerita dari bapak Udin, jalan akan bagus bila gak hujan dan kebetulan hari itu lagi gak hujan, tetapi panas terik dengan langit cerah.

Perjalanan pulang dari Berau ke Bontang :

Setelah sarapan pagi, sayapun tak lupa berpamitan dengan pak udin beserta keluarganya sebelum berangkat. Dan pokoknya 1 hari di sini benar-benar berkesan buat saya karena keramah-tamahan keluarga pak Udin dan tentu saja segar dan jernihnya danau Labuan cermin. I am gonna miss it all !

Tepat jam setengah 9 pagi, saya berangkat menuju Bengalon. Tentu saja saya benar-benar tidak tahu jalan mana yang harus saya ambil, dan belokan mana yang harus saya ambil. Oleh karena itu, untuk perjalanan pulang kali ini saya lebih banyak bertanya daripada waktu saya berangkat,  takutnya bakal nyesat di hutan. Pertama-tama, saya harus menuju desa batu putih, desa sebelum desa biduk-biduk dan sesudah desa talisayan, dan Dari Batu putih langsung menuju bengalon. Jalur batu putih – bengalon merupakan jalan setapak di hutan dengan lintasan lurus yang benar-benar panjang, dan membelah hutan. Jalannya sempit ( mobil tidak bisa lewat ), dan tentu saja bila hujan akan sangat berlumpur. Kabar dengar kabar, jalur ini merupakan jalur rawan rampok, dengan modus menutup jalan dengan kayu besar, lalu pengendara yang lewat otomatis akan turun dari kendaraan untuk menyingkirkan kayu tersebut, dan pada saat itu pengendara di rampok. Pokoknya seram, dan sepanjang jalan itu saya hanya berdoa kepada tuhan untuk slalu di jaga dari kejahatan dan mara bahaya.

Setelah melewati jalur setapak di hutan selama kurang lebih 3 jam, jalanan pun berubah. Kali ini jalur yang saya lewati adalah jalur trak-trak besar pengangkut kayu. Di jalan ini, banyak sekali trak-trak besar berlalu lalang. Alhasil, di jalur ini, saya sedikit merasa aman dari para perampok.

Setelah menelusuri jalur perusahaan, akhirnya saya sampai di dermaga untuk menyebrang sungai. Yup, untuk mencapai bengalon, kita harus menyeberangi sungai ( tidak tahu apa nama sungainya ) dengan menggunakan perahu motor, dan tentu saja perahu motor ini bisa memuat sepeda motor saya.

Setelah 10 menit menyebrangi sungai, saya melanjutkan perjalanan lagi menuju bengalon, di jalur ini sudah banyak penduduk dan selalu melewati perkampungan, Namun jalur masih rusak sperti biasa. Tepat jam setengah 3 siang, saya pun sampai di simpang 4 kaliorang, dan dari sini menuju bengalon saya tempuh selama 2 jam, dan tepat jam setengah 5 sore, saya sampai di kecamatan Bengalon. Bengalon-sangatta saya tempuh selama 1,5 jam, dan tepat jam 6 saya sampai di sangatta, alhamdulilah.

Di sangatta saya stop di sebuah rumah makan untuk beristirahat dan tentu saja mengisi perut yang sudah kelaparan ini.hehe. dan tepat jam 06.15 sore, saya melanjutkan perjalanan lagi ke bontang, dan akhirnya sampai di Bontang dengan selamat pukul setengah 8 malam. Yap, jalur pulang kali ini, saya tempuh dengan kurun waktu hanya 11 jam ! ( setengah dari jalur waktu saya pergi ). Dan jalur ini benar-benar efektif , tapi lebih rawan dan tentu saja akan berlumpur kalo hujan.

Berikut biaya yang dikeluarkan Syahripal fahmi dalam expedisinya :

  1. Premium dari Bontang – Berau : Rp. 50.000 ( 10 liter )
  2. Pertamax dari Tanjung Redeb – Biduk-biduk : Rp. 120.000 ( 10 liter )
  3. Biaya sewa kapal menuju Labuan cermin : Rp.100.000
  4. Sewa kapal untuk sebrang sungai :Rp.50.000
  5. Premium di biduk-biduk @10.000 /L :Rp.30.000 (3 liter ) .
  6. Premium di simpang 4 kaliorang @10.000/L : Rp.50.000 ( 5 liter )

Jadi total biaya perjalanan saya kali ini adalah : Rp. 400.000

Link Blog Syahripal Fahmi :

http://www.fahmiandtheworld.blogspot.com/

Sekian dan semoga bisa menjadi inspirasi anda.

Salam;

Joe Trizilo

Berusaha Berbagi Walau Satu Huruf

15 pemikiran pada “Expedisi Syahripal Fahmi Menyusuri Trans Kaltim Bagian Utara. Menantang Bahaya Membelah Belantara Kaltim Utara!!!

  1. mantaf nih perjalananya… bukan hal gampang memang berkendara ditengah lebatnya hutan kalimantan.
    klo kata orang banjar RAJA A’A NIH..

  2. aq kagum bro dgn keberanian anda berpetualang….aq srg lewat jalur samarinda berau…tp gak sendiri …naik taksi hehehe….msh krg berani naik motor….lain kali kalau ke berau terus ke bulungan desa tanah kuning….okey slm

  3. Saya dari Ipoh,Malaysia dan sedang planning rute expedisi keliling Borneo. i.e dari Kuching ke Kuching. Saya cadang expedisi silaturahim Indonesia-Malaysia-Brunei. Saya sudah plan rute tetapi dari Tarakan ke Bontang tidak tahu. Dari Tawau ke Tarakan naik feri dan tarakan ke telok selor by bot. Selepas tu tiada info. Expedisi ini sya sedang cari sponsor untuk motor dan lain lain dan sedang fikir untuk invite 2 rider dari Kalimantan dan 2 rider dari Brunei dan 2 dari Malaysia.. Info anda sangat di hargai. TQ.

Tinggalkan Balasan ke abdul latif Batalkan balasan